Dahulu, aku selalu pergi ketempat Mu. Aku diingatkan
oleh Mu melalui Ayah-Bunda. Aku selalu memohon pada Mu untuk mereka diberikan
kesehatan, keselamatan serta nikmat dunia akhirat. Sujud pada Mu merupakan
nikmat yang luar biasa, tentram dan damai yang ku rasakan. Sungguh kuasa Mu
membuat diriku terus hidup dengan suka cita di dunia, tapi bagaimana di akhirat
kelak?
Bunda pernah bilang padaku, “Nak, sholat dan beramal
jika kamu ingin masuk surga dan melihat cahaya Nya. Jangan pernah sekali-kali
meninggalkan perintah Nya, cahaya indah akan hilang menjadi api membara dalam
neraka Nya”.
Mengangguk, itu yang aku lakukan dan terus berangkat
ketempat Nya. “Assalamualaikum”, pamitku pada Bunda dan Ayah.
Sesampainya di rumah, Bunda kembali
mengingatkanku.
“Ayo sini nak, buka kembali pedoman hidupmu,
kita baca bersama-sama”.
“Iya Bunda, tunggu dulu aku ingin
mengajak adik biar dia mendengar dan bisa ikut suatu saat nanti”, sahutku.
“Baiklah nak, Bunda tunggu ya”, kata
Bunda.
“Bunda mulai saja sekarang, aku sudah
siap”, kataku ke Bunda.
“Iya, sabar nak, adikmu sedang
mengenakan kerudung”, Bunda memasangkan kerudung ke adik.
“Aku yang mimpin ya Bunda, aku mau
mencoba jadi pemimpin. Bismillahirrahmannirrahiim”, kataku memimpin do’a
sekaligus membuka Qur’an.
Sesudah adikku ikut, dia memiliki
keinginan kuat untuk ikut membaca Al-Qur’an, walau masih sedikit sulit
mengikuti. Akhirnya, ayah mengundang udztad ke rumah untuk mengajarkan kami
membaca pedoman itu dengan baik dan benar.
“Subhanallah, adikku lebih faseh dariku, aku
kalah indah dalam pelafalan, luar biasa”, kataku dalam hati.
Setiap
hari aku menjalani rutinitas sebagai pelajar dan membantu Bunda yang memiliki
toko kecil. Tugasku tidak hanya belajar di sekolah, tapi di warung dan belanja
kebutuhan dagangan yang kosong. Ayah bekerja dan terus banting tulang demi
keluarga kecilnya yang terus tumbuh. Rasa syukur kami terhadap nikmat Mu tidak
akan pernah hilang. Engkau Maha Pemberi lagi Maha Penyayang. Aku sepeti melihat
cahaya indah ditengah-tengah keluargaku karena kuasa dan kebesaran Mu ya Allah.
Saat aku beranjak besar, aku tetap ingat
pada Mu namun tidak seperti dulu. Aku membuka Qur’an tidak setiap hari, bahkan
hanya sebatas melihat. Amal sholehku berkurang, terus berkurang, dan tak tahu
kapan aku bisa membalikan seperti dulu. Berdosa, ya aku sangat berdosa, tapi
aku tak ingin berada di cahaya panas Mu, neraka. Aku berharap bisa terus
bertemu dengan Mu, dengan cahaya terang nan indah Mu, di surga nanti. Ampun,
aku mohon ampun pada Mu dengan apa yang sudah aku lalaikan perintah Mu.